Ma…
Minggu pagi itu aku terus meneteskan air mata di pusaramu. Sebuah keputusan penting kami ambil untuk pertama kali tanpa campur tanganmu, tanpa pertimbanganmu dan bahkan mungkin akan menyakiti hatimu.
Ma…
Keputusan itu harus kami ambil ma,… kami anak-anakmu sudah berkumpul dan berembug dengan matang, kami sudah berusaha mempertimbangkan dari segala aspek, kami coba mempertimbangkan permasalahan seperti dulu yang engkau ajarkan kepada kami…
Ma…
Kami anak-anakmu tau, bahwa kamu mungkin smp pun tidak lulus, namun apalah artinya pendidikan formal bila dibanding segudang pengalamanmu mengarungi hidup membesarkan kami dengan segala keterbasanmu waktu dulu. Tak berlebihan bila kami selalu mengatakan bahwa engkaulah master kehidupan di mata kami..
Kami rasakan begitu sulitnya mengambil keputusan tanpamu, betapa berlarut-larutnya sebuah masalah tanpa campur tanganmu, dan betapa sepinya rumah kita tanpa ada engkau di dalamnya.
Aku sering dikatakan Gila, karena aku setiap saat ke pusaramu, bahkan hari itu aku dua kali ke pusaramu, aku bawakan engkau bunga, aku taburkan ke makammu, dan aku siramkan air yang kubawa dari kran kesukaanmu. Lalu aku berdoa untukmu.
Aku tidak merasa keberatan ketika Tuhan memanggilmu, karena itu mungkin yang terbaik untukmu. Aku tak tahan ketika engkau merintih menahan sakit, aku tak tega melihat engkau terbaring lemah, namun aku selalu bangga dengan semangatmu untuk selalu memperjuangkan anak-anakmu memperoleh kehidupan yang lebih baik walau ragamu sudah begitu lemah, sudah begitu sulit bahkan untuk hanya sekedar menopangmu untuk aktifitas sendiri.
Mah...
Aku bingung, ketika ada sebuah peristiwa yang memukul perasaanmu yang akhirnya juga mungkin menjadikan penderitaanmu lebih dan lebih. Sebenarnya aku tau sebelum itu terjadi, kami anak-anakmu baru berembug untuk menyelesaikannya tanpamu, karena kami tau, kalo engkau mendengar apa yang sesungguhnya menjadi permasalahan kami, niscaya engkau akan sangat sedih dan terpukul.
Namun apa daya, kami tidak dapat mencegahnya, semua terlambat dan akhirnya kami hanya dapat berucap bahwa itu jalan yang diberikan Tuhan untuk keluarga kita, takdir yang harus kita jalani.
Mah… aku sedikit lega setelah usai menulis surat ini, walaupun mungkin tidak jelas ujung pangkalnya, namun tiba-tiba aku teringat dirimu dan sangat kangen untuk berkomunikasi denganmu. Karena aku tau, jasadmu tidak akan pernah lagi menghampiri kami, maka lewat sepucuk surat inilah aku mencurahkan apa yang ada dihatiku. Aku yakin engkau mendengar dan membisikan sesuatu untuk kami.
Mah.. kami selalu berdoa untukmu, agar engkau mendapatkan yang terbaik di sisi Tuhanmu. SELAMAT BERISTIRAHAT DENGAN TENANG MAMAKU TERCINTA.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.