Sunday, October 11, 2015

Pecinta Alam atau Penikmat Alam?



 Akhir - akhir ini banyak terjadi kebakaran hutan yang menyita banyak perhatian. Salah satu sorotan yang menyolok adalah dugaan penyebab kebakaran yang ditujukan kepada Pecinta Alam. Sungguh ironis apabila dugaan itu benar karena seorang pecinta alam yang idealnya menjaga kelestarian alam dan isinya justru lalai. Namun dugaan itu belum tentu benar adanya. Perlu dibuktikan dan klo perlu diproses secara hukum, benarkah pecinta alam penyebab kebakaran hutan?

Sebelum kita menyimpulkan tentang itu, marilah kita pahami dulu siapa yang dimaksud dengan pecinta alam itu sendiri. Pertama - tama kita harus membedakan antara pecinta alam dengan penikmat alam. Seseorang yang suka jalan- jalan ke alam termasuk ke gunung, sungai, hutan, pantai, gua, tebing dll sudah bisa dipastikan adalah penikmat alam, namun belum tentu pecinta alam. Karena tujuannya pastilah menikmati keindahan alam beserta aktifitas petualangan yang dilakukannya. Sebaliknya seorang pecinta alam belum tentu suka naik gunung, ke hutan manjat tebing dll. Bisa saja seorang pecinta alam itu tinggal dirumah, namun oleh karena kecintaannya terhadap alam, dia mengekspresikannya dengan menulis cerita tentang alam dan usaha penyelamatannya, bisa juga sekedar menyemangati dan mengingatkan temannya yang pendaki gunung agar tidak membuang sampah sembarangan, tidak membuat api unggun yang berlebihan, tidak memotong jalur pendakian yang sudah ada atau bahkan sekedar mengingatkan agar tidak membuat kemah ditempat yang bukan zona peruntukannya.

Ekstremnya seorang pecinta alam bisa jadi pekerjaannya setiap saat berdemontrasi menyuarakan agar dalam pembangunan tidak mengekploitasi sumber daya alam dengan semena mena. Sehingga hakekat seorang pecinta alam berawal dari niat di hatinya untuk mencintai alam. Ekspresi bentuk implementasinya bisa bermacam-macam, tidak harus selalu menjadi petualang yang mengembara kemana mana. Lalu relevankah kita menyalahkan pecinta alam sebagai salah satu penyebab kebakaran hutan?
Menurut pendapat penulis tidak relevan. Bagaimana mungkin seorang yang mengikrarkan dirinya cinta alam berlaku sembarangan di hutan atau gunung? bisa jadi yang dimaksud adalah para penikmat alam yang sejak awal niatnya ingin menikmati pemandangan alam, berkemah, melihat sun rise dan lain-lain tanpa mempedulikan konservasi lingkungan yang kita nikmati. Jadi kita pengen jadi pecinta alam atau penikmat alam? pecinta alam yang penikmat alam juga boleh kok, justru aktifitas bergaul dengan alam yang semakin intim akan menumbuhkan semangat kecintaan kepada alam pula, Tapi ingat, jangan sampai menjadi biang keladi kebakaran hutan atau perusakan alam lainnya. Sepakat ya!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.