ilustrasi novel arswendo
Wanita selalu menarik untuk dibicarakan. Selain karena wanita adalah makhluk yang indah, wanita juga mempunyai sisi kelembutan yang merupakan kelebihan sekaligus pembeda dari makluk lainnya. Hal lain yang menarik dari wanita adalah tangisnya. Walaupun wanita tidak identik dengan menangis, namun ekspresi perasaan dalam tangis sangat lazim bagi kaum hawa ini.
Di dunia ini minimal ada 2 wanita yang sangat kucintai. Yang pertama dan utama adalah ibuku. Sosok ibu sangat melekat dihati dan pikiranku bahkan sangat mempengaruhi pembentukan karakterku. Ibu yang selalu ada untukku 24 jam sejak masih dalam kandungan sampai beliau dipanggil kembali oleh Tuhan. Pagi siang, siang, sore, malam, setiap jam, setiap menit bahkan detik selalu menjagaku. Selalu membanggakanku, menceritakan kelebihan-kelebihanku kepada sanak saudara dan tetangga-tetangga. Dan ibuku pula yang akan menjadi pelindung terdepan ketika ada yang mencoba menyakitiku
Membicarakan ibuku tidak akan ada habisnya. Setiap langkahku selalu teringat akan nasehat dan arahan beliau, Walaupun dulu kita menganggap sebagai bentuk kecerewetan, namun sekarang merasakan begitu banyak manfaat yang kuperoleh dari kecerewetan beliau itu. Lebih dari itu, ibuku selalu memberi contoh kepada anak-anaknya. Bekerja keras, selalu mengutamakan keluarga, menyediakan hidangan terbaik untuk ayah dan anak-anaknya, bahkan mungkin rela puasa ketika hidangan di meja makan hanya cukup untuk anak-anak. Oleh karena itulah maka semua anak-anaknya mencintai ibu termasuk aku.
Wanita lain yang selalu ada dihatiku adalah istriku, pendamping hidup pilihanku. Kata orang secara fisik tidak cantik, kataku pun demikian. Bahkan mungkin diantara pacar-pacarku semasa bujang dulu istriku yang paling tidak cantik. Tapi aku memilihnya karena alasan yang pada awalnya juga bukan karena cinta. Kedengarannya janggal, namun begitulah. Aku memilihnya karena dia bisa menjadi teman terbaikku yang bisa mendengarkan keluh kesahku, cerita-ceritaku dan juga semua cerita orang tentang kejelekanku. Aku memilihnya karena dialah orang yang paling mengerti aku, selalu siap mendukungku dan secara obyektf mau mengingatkanku di saat salah arah. Kadang di tidak mengerti apa yang aku bicarakan, namun paling pertama dan utama dia mau mendengarkan apapun yang kukatakan padanya.
Namun salah besar klo saat ini dikira aku tidak mencintainya. Hubungan dekat yang justru mirip pertemanan dibanding sebagai pendamping hidup inilah justru yang menimbulkan benih-benih cinta yang akhirnya berkembang semakin besar dan dirasakan olehku dan olehnya. Saat ini tidak perlu ungkapan kata-kata mesra atau romantic untuk mengungkapkan kecintaan masing-masing, cukup dengan sikap dan perbuatan yang siapa saja dapat melihatnya.
Entahlah kenapa tiba-tiba aku ingin menulis tentang kedua wanita yang kucintai. Mungkin aku rndu ibuku dan mungkin juga aku belum bisa memenuhi harapan "teman" hidupku dalam kehdupan yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.