"Ini bukan tentang perbedaan pendapat, ini juga bukan soal pekerjaan yang berat. Ini adalah tentang sikap dan pandangan hidup, ini soal idealisme pribadi"
"Akhir - Akhir ini sikapmu sudah benar. Caramu menyikapi permasalahan sudah positif. Lalu kenapa kamu sekarang berubah? kenapa seakan aku tidak mengenalmu sebagai pribadi yang selalu riang dan lincah?", desakku ditengah perbincangan yang semakin hangat sore itu di lawangsewu. Sekejap dia memandang wajahku, lalu tertunduk dan sekejap kemudian tetes - tetes air mata jatuh ke pipinya yang kemerah - merahan.
"Aku memang tidak pernah menyebutmu mas, aku juga tidak pernah menganggapmu sebagai orang spesial secara pribadi. Aku selalu memanggilmu pak. Karena aku ingin selalu menghormatimu dan menghargaimu sebagai seorang tua yang selalu membimbingku, mengarahkanku dan lebih dari itu, kamu selalu memberiku motivasi dan nasehat - nasehat tentang hidup, pekerjaan dan bahkan tentang segala rasa yang ada di hatiku. Ketika aku mencintai seorang laki - laki yang menurutku baik, kamu selalu bisa memberiku nasehat untuk berhati - hati, untuk menjajaki hati dengan kepala dingin dan penuh pertimbangan. Ketika aku di dekati temanku yang menyatakan perasaan hatinya padaku, kamu selalu mengatakan agar aku merespon dan menanggapi dengan baik, menolak pun harus dengan cara yang baik. Lebih dari itu kamu menasehatiku dengan penuh kejujuran dan tidak pernah punya maksud pribadi. Semua keputusan selalu kamu serahkan padaku, tidak pernah memaksakan nasehat sebagai keputusan akhir yang harus ku jalankan. Sejujurnya hari ini, saat ini aku ingin mengatakan padamu mas. iya aku saat ini memanggilmu mas agar aku merasakan kedekatan ini sebagai kedekatan seorang perempuan kepada seorang pria. Aku ingin mengatakan bahwa aku akhir - akhir ini keliru menilaimu mas. Aku bingung. Orang - orang disekitarku memberikan cerita - cerita yang menilaimu selalu negatif. Aku tak tau harus berpegangan pada siapa. Yang kemudian menjadikan sikapmu padamu berbeda, yang kamu rasakan tidak salah mas. Benar adanya bahwa 2 minggu terakhir aku merasa benci padamu, aku merasa kamu bohong padaku, aku merasa jijik melihatmu. Sengaja ini semua ini ku ungkap agar kamu tahu mas.... bahwa aku memang salah. aku keliru menilaimu di saat akhir-akhir yang seharusnya menjadi saat - saat yang manis dalam hubungan kita", cerita gadis itu tanpa bisa kusela. Dan dia terus mengatakan isi hatinya sambil sesekali mengusap air mata yang terus menetes seakan mengimbangi ceritanya yang deras mengalir tak henti henti... (bersambung 2)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.