Monday, February 2, 2015

Ungkapan Rindu di Puncak Merbabu 2


,
Puncak dari segala puncak gejolak perasaan ini tumpah di puncak syarif, tak ada kata yang terucap ketika via memintaku memberikan pesan - pesan ... Isak tangisku memecah keheningan di ikuti oleh isak tangis anak - anakku, Semua hanyut dalam perasaan pae yang haru biru . Benar - benar sangat emosional ...


Hujan terus mengguyur tenda dome yang kudirikan di pos 2 sejak pukul 12.15. Makin lama makin deras hingga semua aktifitas pengamatan dihentikan. Seluruh peserta pendakian bercengkrama di dome kelompok masing - masing. Hari menginjak malam ketika Devi Ketel mengirimku rangsum makam malam. Menu yang sangat enak dan komplit untuk ukuran seorang pendaki Gunung.

Dalam kesendirian, pikiranku terus melayang ke masa 15 tahun lalu. Disini di Gunung Merbabu bersama 30 orang yang lain menapaki lereng setapak demi setapak untuk menggapai puncak.Teringat nama - nama Herman, Upok, Sigit, Joe, Evi, Yen, Yuli, Ida, Dewi dan Kungkung, Pedeng dan semuanya. Merekalah yang awal mulanya memanggilku dengan nama Pa`e.

Pos 2 yang saat ini kupakai bermalam adalah masih pos 2 yang juga kami pakai bermalam 15 tahun lalu, bedanya sekarang pakai dome dan sleeping bag yang nyaman, klo dulu membuat bivak dengan ponco dan berselimut sarung. Klo sekarang sambil beristirahat menunggu tengah malam untuk melanjutkan pendakian ke puncak sambil pengamatan ekowisata, klo dulu latihan dasar survival. Ya memang beda karena sekarang sistem sudah terbentuk, klo dulu masih merintis dan mencari bentuk yang pas untuk kegiatan mereka.(bersambung)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.