Ilustrasi : Penulis Bertanding Sepakbola
Dalam dunia kerja atau organisasi, setiap orang dituntut untuk memberikan kontribusi agar bernilai bagi dirinya sendiri, rekan kerja, organisasi dan juga masyarakat yang dilayaninya. Salah satu hal yang mendukung adalah EQ dimana dapat dijelaskan menjadi 4 indikator yatu :
1. Mampu mengendalikan emosi. Idealnya kita tidak boleh cepat terbawa emosi yang meledak-ledak sekaligus apabila kita terbawa emosi maka segera dapat melupakannya.
2. Mampu menahan diri bila cemas. Sudah sewajarnya seseorang dilanda kecemasan ketika merasa ada sesuatu yang salah atau belum pas. sesuatu itu bisa karena ketidaksiapan kita menghadapi sesuatu, perubahan lingkungan kerja, pergantian pimpinan dan sebagainya. Idealnya kita harus mampu mengelola rasa cemas tersebut dan mampu menghilangkannya karena kita menemukan solusi untuk mengatasi keadaan yang salah atau belum pas tersebut.
3. Mampu membaca perasaan orang lain. Ketika kita berada dilingkungan manapun, kita selalu berhubungan dengan orang lain, tentu kita harus bisa membaca perasaan mereka agar kita tidak saling menyakiti satu dengan lainnya. Membaca perasaan lebih kepada melihat ekpresi wajah atau bahasa tubuh karena jarang - jarang perasaan di ungkapkan secara terbuka dengan kata-kata.
4. Mampu menunda kepuasan. Seseorang bisa merasa puas atau tidak puas karena pekerjaan yang kita hasilkan, Cepat merasa puas akan menjadikan bumerang bagi kita untuk terus menjaga performa dalam bekerja maupun beraktifitas.
Ketika bermain bola seperti dalam ilustrasi maka menahan emosi diperlukan agar tidak melakukan pelanggaran - pelanggaran yang tidak penting. Ketika pikiran jernih dan hati tenang maka segala keputusan dilakukan untuk kepentingan tim, bukan mengedepankan emosi semata. Contoh ketika kehilangan bola tidak boleh terburu - buru untuk merebut kembali dengan agresif yang mengakibatkan pelanggaran yang bisa berbuah kartu kuning atau merah yang tentunya merugikan tim.
Sebelum dan saat pertandingan sepakbola tekadang diliputi rasa cemas, takut kalah, takut di cemooh, takut salah ngoper dan seterusnya yang biasanya terjadi akibat tuntutan untuk menang atau juara. Hal ini tentu bisa berbahaya klo rasa cemas tidak mamou dikelola dan diatasi dengan baik, karena justru akan menjadikan performa tidak maksimal
Bermain bola secara tim berarti saling melayani antara pemain satu dengan lainnya, saling mnguatkan mental dan juga bermain operan untuk menciptakan gol ke gawang lawan. Sering berkumpul dan berlatih bersama dalam bermain sepakbola akan dapat membaca keinginan teman, sehingga akan mempermudah untuk saling melayani dalam mengoper bola. Secara psikologis teman yang belum mamu mengatasi tekanan dalam pertandingan akan kelihatan dengan indikator performa yang tidak maksimal, misalnya sering salah oper, salah kontrol dan seterusnya. Hal ini menjadi tugas teman dalam satu tim untuk membantu menguatkan mental dan menyemangati (trutama kapten tim) agar segera lepas dari tekanan. Hal inilah salah satu wujud kemampuan membaca perasaan orang lain.
Dalam konteks menunda kepuasan, bisa jadi ketika bertanding bola sudah bisa memasukkan ke gawang lawan pada menit pertama atau kedua dan seterusnya. Keberhasilan itu tentu harus dirayakan untuk semakin memompa semangat tim sekaligus psy war trhadap lawan, namun ketika perayaan diuangkapkan sebagai bentuk kepuasan yang berlebihan padahal pertandingan belum berahir maka bisa jadi justru akan menurunkan performa tim pada babak selanjutnya.
Pesan : Kita harus bisa menerapkan teori yang kita dapat dalam kehidupan sehari - hari sehingga semakin hari semakin meningkat ketrampilan teknis maupun spirutual emosional. Hal ini penting agar kita tetap bernila dimata teman, keluarga, kelompok/tim, organisasi dan seterusnya.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.