Saturday, November 22, 2014

Dikadut : Sanguinis Koleris Yang Cerdas


"I want you to know that every moment i spent with you is the most beautiful thing in my life"

Setiap jawaban yang diberikan membuatku semakin kagum, setiap hari terustumbuh dan berkembang layaknya anak balita lainnya, namun ada sebuah perbedaan yang membedakan dari yang lain, yaitu ide kreatif yang terus menerus muncul dari cerita sanguinisnya.

Kisah pertama :
Jumat beberapa minggu yang lalu seperti biasa aku pulang menengok Dikadut jagoan kecilku yang sudah menginjak 4 tahun. Setelah bersitirahat aku mendengarkan cerita dari mamahnya bahwa hari ini dikadut gak mau masuk paud dengan berbagai bumbu cerita kenakalannya yang lain. Beberapa saat kemudian aku panggil dikadut dan dengan lembut aku tanya, " Dut... kenapa hari ini gak mau masuk sekolah?"
Dikadut, " Gini pah. Aku kan sayang papah. Terus hari ini kan jumat. Papah pulang, jadi aku gak sekolah karena mau jemput papah pulang "
***

Kisah kedua :
Suatu senin, Dikadut berangkat paud sendiri, karena sejak tahu bahwa mas nya sudah sekolah sd dan gak dianter sama ibunya, Dikadut sudah tidak mau lagi dianter sekolah PAUD. Namun hari ini berbeda dari biasanya karena setelah sampai sekolah, Dikadut pulang lagi menjemput pamomongnya diajak ke sekolah. Setelah sampai sekolah, Dikadut gak mau masuk kelas, tetapi minta ditemani pamomongnya bermain di halaman. Sudah dibujuk oleh guru, teman-teman dan pamomongnya tetap gak mau masuk kelas.
Ketika hari jumatnya aku pulang, segera kutanyakan cerita itu ke dikadut dengan harapan dapat menasehati dan membujuknya agar kejadian itu tidak terulang lagi. ' Dut... kata mamah, hari senin kamu gak mau masuk kelas, tapi minta ditemeni budhe war bermain di halaman sekolah, kenapa?"
Dikadut, " Pah... kalo tanya tuh jangan yang sudah kemaren atau yang tadi - tadi. Nanyanya yang besuk - besuk aja. Besuk dik dika mau main kemana atau mau beli mainan apa?, gitu pah"
****

Kisah ketiga
Suatu sore Dikadut bermain anak ayam yang dicat warna warni. Ulahnya ngecatnya ini terinsiprasi dari penjual anak ayam yang di pasar. Cerita ini bukan tentang ulahnya mengecat ayam yang menurutku sudah biasa dilakukan oleh anak-anak sebayanya. Cerita ini adalah tentang ide dan pemikiran dikadut yang menurutku benar-benar cemerlang. Ketika dikadut tengah asik bermain anak ayam, tiba - tiba muncul kucing dan menerkam ayam mainannya. Tak diduga ayam itu mati. Dan Dikadut menangis tersedu sampai lama. Dikadut sangat menyayangi mainannya itu karena emang menurun dari mamahnya sebagai pecinta binatang. Untuk membujuk agar tidak menangis, mamahnya menawarkan untuk membeli saja anak ayam di pasar esuk harinya.
Minggu pagi dikadut membeli ayam bersamaku dan mamahnya, dengan penuh girang dibawa pulang dan bermain lagi diteras rumah dengan anak ayam sejumlah 4 ekor. Tiba - tiba dikadut bilang ke mamahnya, " Mah ada 1 ekor anak ayamnya yang cewek...." Mamahnya bingung dan bertanya ke dikadut, " Kok tau kalo anak ayamnya cewek?". Dengan senyum - senyum dikadut menjawab," iya mah karena yang satu ayamnya berwarna pink, warna kesukaan cewek"... hahaha kami semua tertawa terpingkal - pingkal dengan jawaban sanguinisnya itu.
Cerita belum selesai. Mengingat kemaren ayamnya mati karena diterkam kucing, aku menasehati agar ayam- ayamnya yang dikeluarkan dari kandang 1 ekor saja, yang lain ditaruh di kandang agar gak diterkam kucing.
Dikadut menjawab, " Pah.. aku punya ide. Aku mau bawa binggo ke sini, agar nanti kucingnya ganti diterkam sama binggo." (Binggo nama anjing peliharaan pamomongnya). Lalu kujawab, "klo binggo dibawa kesini, selain nerkam kucingnya nanti juga nerkam anak ayam nya kan?"
Dikadut menjawab, " Binggo itu baik pah, dia gak makan anak ayam kecil, dia juga gak makan makanan manusia, karena binggo itu hanya mau makan tulang - tulang dan makanan yang gitu - gitu"
***

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.