Tuesday, November 18, 2014

November Rain : Jelajah Wanawisata Curug Semirang


"Gemericik suara air itu mengingatkanku pada seseorang. Bagaikan irama musik orkestra di sebuah panggung konser yang mewah, namun tetap syahdu melantunkan tembang cinta yang romantis. Itukah isi hatimu?

Petualangan dan kisah seru mungkin bukan barang baru lagi bagiku, namun perjalananku kali ini mengandung seribu makna. Entah bagaimana awal mulanya, namun persoalan yang simpel bisa menjadi rumit dan persoalan yang rumit menjadi tambah ruwet. Inilah periode galau tingkat dewa untuk kesekian kalinya pada era baru menjalankan profesiku.
Kisah tiada ujung ini menjadikan pembelajaran yang komprehensif terhadap perilaku, sikap dan karakter kita dalam menghadapi orang lain dengan perilaku, sikap dan karakter yang bermacam - macam pula. Serigala berbulu domba, musuh dalam selimut ataupun menelan ludah sendiri adalah peribahasa - peribahasa yang menjadi akrab dalam persaingan kehidupan yang keras dan ketat ini,

Kisah yang berawal manis, tiba - tiba berubah menjadi asam, manis, pedas dan bahkan pahit. sebuah racikan menu kehidupan yang menggambarkan betapa kompleknya persoalan hidup, sementara prinsip hidup mulai ditinggalkan dan berganti dengan kepentingan sesaat. Kekuasaan, wanita dan uang seakan menjadi satu kesatuan yang membelenggu seseorang dari kehidupan nyata dan utuh sehingga mengganggu harmoni kehidupan di alam ini.
Tiba - tiba lamunanku terputus. Tegur sapa lembut yang bersahabat dari seorang nenek penjual makanan di bawah curug semirang menawarkan dagangannya membuat buyar lamunanku. Untuk sekejap kuterdiam dan sedetik kemudian kutersenyum sambil menegur ramah pada nenek pedagang.



"Iya nek... white coffe nya satu, intel rebusnya satu", kataku pada nenek itu. Sambil tersenyum ramah, nenek itu segera memasak intel yang kupesan dan membuatkan kopi hangat untukku. (bersambung )

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.