Berpikir Mega (Mega Thinking) adalah cara berpikir strategis yang berorientasi memberikan hasil berupa manfaat bagi seluruh masyarakat (Community) baik masyarakat Indonesia maupun umat manusia secara keseluruhan (rahmatan lil alamin). Jadi berpikir Mega adalah berpikir untuk level kebutuhan masyarakat (societal needs) yang membawa manfaat bagi seluruh umat manusia, tak hanya sebatas kebutuhan organisasi (organizational needs), dan kebutuhan individual (individual needs).
Jika seorang pemimpin berpikir Mega yang berorientasi pada masyarakat (Community), maka dengan sendirinya ia akan berpikir Makro yaitu berpikir untuk level industrial needs (Customer); dan sekaligus berpikir Mikro yaitu berpikir untuk level professional needs (Company).
Dalam berpikir, seorang pemimpin harus memulai berpikir dari level Mega, kemudian Makro, dan terakhir Mikro (disingkat 3M: Mega, Makro, Mikro). Sebaliknya dalam bertindak ia harus memulai dari level Company, kemudian Customer, dan terakhir Community (disingkat 3C: Community, Customer, Company).
Berpikir Mega sering saya gambarkan secara sederhana seperti tiga orang tukang batu yang sedang membangun rumah.
Tukang batu pertama membangun rumah untuk mendapatkan, katakanlah Rp.50 ribu perhari untuk kehidupan anak-anaknya. Tukang batu kedua bekerja membangun rumah demi memuaskan si pemilik rumah, dengan cara bekerja seprofesional dan sebaik mungkin.
Sementara tukang batu ketiga bekerja sebagai bentuk dedikasi kepada bangsanya. “Saya ingin membangun istana untuk bangsaku, tanpa dibayarpun saya akan mengerjakan dengan sepenuh hati,” ujarnya. Saya sebut tukang batu ketiga inilah tukang batu yang Berpikir Mega. Ia bekerja dengan passion sebagai bentuk pengabdian kepada negara yang dicintainya.
The More You Give, The More You Get
Dalam strategic thinking, ketika orientasi berpikir kita hanya sebatas Company (berpikir Micro) maka kita hanya akan memperoleh hasil yang bersifat short-term.Sedangkan ketika kita memperluas orientasi berpikir dengan memikirkan kepuasan Customer (berpikir Macro) maka hasilnya akan bersifat long-term. Dan ketika kita mampu berpikir Mega yang berarti memikirkan Community, maka otomatis hasil yang kita peroleh merupakan sebuah warisan yang sustainable dan abadi.
Kita hanya bisa sampai ke level Mega dengan baik bila sudah mencapai spiritual level, telah terbentuk the spirit of giving yang menganggap bahwa apa yang dilakukan akan memberikan rahmat bagi alam semesta. Ketika telah mencapai level tersebut, yakinlah bahwa semakin banyak memberi, kita akan semakin banyak menerima, the more you give the more you get. Dan level tersebut hanya bisa dicapai oleh individu-individu yang berkarakter.
Pemimpin yang berkarakter adalah pemimpin yang ikhlas. Ketika pemimpin tidak punya kepentingan sama sekali, ketika ia ikhlas, maka ia akan mendapatkan semuanya. Di situlah justru paradoksnya. Saat kita tidak mengharapkan semuanya, justru kita akan mendapatkan semuanya. Seorang Ibu yang demikian tulus menyayangi kita, merupakan contoh terbaik untuk ungkapan ini.
Contoh gampang lainnya adalah Google. Google membuat kita begitu mudah mencari informasi apapun yang kita perlukan. Google tidak lagi berpikir sekat-sekat dan batas-batas geografis sebuah negara. Ia hanya berpikir bagaimana hidup umat manusia menjadi lebih mudah dengan memudahkan kita mencari informasi.
Untuk dapat berpikir Mega seorang pemimpin harus sudah berada di level spiritualdengan memiliki jiwa memberi (spirit of giving) yang menganggap bahwa apa yang kita lakukan akan memberikan rahmat bagi alam semesta. Ketika seorang pemimpin berada di level itu, maka akan berlaku prinsip, semakin banyak kita memberi, maka akan semakin banyak mendapatkan (The more you give, the more you get).
Berpikir Mega = Berpikir Ikhlas
Konsep Mega Thinking saya ambil dari Prof. Roger Kaufman dalam bukunya Strategic Thinking & Planning (2011). Pada dasarnya seorang pemimpin akan senantiasa berorientasi kepada tujuannya (goal/output) di masa depan terlebih dahulu, bukan berdasarkan input pada saat sekarang.
Dari tujuan itulah kemudian ia melihat keadaan dan sumber daya yang dimiliki pada saat sekarang. Gap yang muncul dari tujuan yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan yang ada sekarang merupakan tantangan bagi setiap pemimpin, dan pemimpin harus mencari cara bagaimana untuk menutup gap tersebut. Karena itu, pemimpin yang berpikir strategis selalu menggunakan pendekatan “berawal dari akhir”.
Nah, pendekatan “berawal dari akhir” diterapkan juga pada prinsip “the more you give the more you get” melalui Berpikir Mega. Ketika kita memberikan dalam jumlah banyak kepada orang lain, maka dengan sendirinya kita akan mendapatkan lebih banyak lagi. Dan berpikir Mega akan memberikan kekuatan dan keyakinan kepada kita untuk dapat memberi dalam jumlah banyak tersebut.
Pencapaian di level Mega terwujud jika apa yang kita lakukan membawa kemanfaatan (value) kepada masyarakat luas (society). Sedangkan pencapaian level Makro membawa kemanfaatan yang hanya sebatas kepada organisasi (organization), dan Mikro kepada individu (individual). Tiga elemen organisasi ini (Mega, Macro, Micro) ini haruslah diselaraskan dengan Process dan Input sehingga menjadi satu kesatuan layaknya bagian-bagian tubuh kita yang bekerja secara bersama-sama dan saling mengisi.
Kaufman menyimpulkan, kurangnya perusahaan-perusahaan fokus pada pencapaian level Mega menyebabkan mereka tidak bisa tumbuh secara sustainable bahkan terjebak dalam krisis. Pertanyaannya, bagaimana sebuah organisasi bisa mewujudkan capaian-capaian Mega (dan dengan sendirinya: Makro dan Mikro)? Kaufman memberikan guidelines berupa enam critical success factor yang harus diperhatikan.
Berpikir Mega itu berpikir ikhlas. Jadi kita memberi apapun, kecuali atas ridho Allah. Itu yang membuat kita mempunyai energi yang luar biasa. Itu sudah otomatis. Semakin banyak kita memberikan, semakin banyak kita menerima. Semakin banyak mengajar, semakin kita pintar. Amalnya semakin banyak, rejekinya semakin banyak.
Dalam implementasi prinsip “the more you give, the more you get”, yang ingin saya tekankan adalah mulailah berpikir Mega. Dengan berpikir Mega, hasil Makro dan Mikro pasti akan kita dapatkan. Sebagai pemimpin kita harus terus mengingatkan diri kita dengan terus bertanya Apa yang telah kita berikan untuk Indonesia dan umat manusia?
Saya sering mengatakan, hal pertama yang harus dipikirkan oleh seorang pemimpin adalah hal terakhir yang harus diwariskan kepada penerusnya. Ingat, kita hanya bisa mewariskan sebuah mahakarya yang abadi kepada penerus kita hanya jika kita selalu berpikir Mega.
Salam Pesona Indonesia…!!!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.