Friday, December 29, 2017

CEO Message #4 Spirit Idul Fitri, Spirit Kemenangan

Rekan-rekan leader di Kemenpar,
Di tengah suasana Idul Fitri 1437H saya ingin mengucapkan Minal Aidin Walfaidzin, mohon maaf lahir batin.
Di hari raya yang suci ini, mari kita satukan niat tulus-ikhlas di dalam hati kita. Mari kita hilangkan rasa benci, rasa iri-dengki, rasa dendam, dan menggantinya dengan rasa kasih sayang, rasa persaudaraan, dan rasa persatuan. Dengan hati terbuka, wajah yang berseri-seri, dan senyum yang manis kita ulurkan tangan kita untuk saling bermaaf-maafan.
Mari kita maknai hari yang fitri ini dengan semangat silaturahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan antar sesama umat manusia. Itu sebabnya kemarin saya menyempatkan diri bersilaturahmi dengan seluruh karyawan Kemenpar dari lantai 23 hingga lantai dasar Gedung Sapta Pesona untuk memberikan ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437H dan bermaaf-maafan.
Silaturahmi memiliki keutamaan yang luar biasa seperti disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.” (HR. Al-Bukhari)

Silaturahmi

Idul Fitri menjadi momentum yang sangat tepat untuk mengingatkan kembali mengenai pentingnya silaturahmi dalam mewujudkan budaya kerja 3S khususnya unsur yang pertama yaitu Solid. Silaturahmi merupakan elemen dasar dari soliditas, karena silaturahmi akan menciptakan rasa saling menyayangisaling melindungi, dan saling membela.
Ketika kita selalu memiliki spirit silaturahmi maka di dalam organisasi Kemenpar akan tercipta iklim dan budaya saling percaya (culture of trust). Kondisi saling percaya ini merupakan organizational capital yang menjadi landasan kuat untuk mendorong kinerja organisasi. Dengan adanya culture of trust, soliditas di tingkat individu kemudian ditransformasikan menjadi soliditas di tingkat organisasi. Hasilnya, kohesivitas organisasi menjadi kokoh. Sesungguhnya hubungan personal lebih dahsyat daripada hubungan profesional, karena hubungan personal terbentuk dari ikatan rasa, sedangkan hubungan profesional terbentuk dari analisa rasio.
Ketika hal ini terjadi, maka kita akan lebih mudah melakukan transformasi mewujudkan tujuan organisasi. Seluruh insan Kemenpar akan lebih mudah disatukan oleh visi untuk bergerak ke satu tujuan yang sama. Ketika persatuan solid maka rasa saling curiga dan politik di dalam organisasi akan minimal. Dengan iklim yang kondusif semacam itu, maka kita akan lebih mudah digerakkan untuk mewujudkan visi-misi organisasi.   
Ketika kita memiliki spirit silaturahmi maka proses konsensus dalam mencari solusi terhadap suatu masalah mudah diwujudkan. Mudah bukan karena semua orang kompromistis dalam mencapai kesepakatan, tapi lebih karena mereka memiliki satu orientasi yang sama untuk memberikan solusi terbaik bagi organisasi. Perbedaaan setajam apapun akan mudah dipertemukan jika masing-masing pihak memiliki itikad baik dan orientasi yang sama untuk bersatu-padu memecahkan persoalan bersama.
Ketika kita memiliki spirit silaturahmi maka kita akan berpikir dan berperilaku positif dan optimis, memiliki semangat tinggi untuk berkontribusi, dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Maka strategi dan program sesulit apapun yang ditawarkan ke mereka akan bisa dituntaskan dengan baik. Setiap inisiatif yang dicanangkan oleh pemimpin bisa dengan baik diterjemahkan ke dalam inisiatif/program di berbagai area operasi. Seluruh fungsi yang terkait pun berpartisipasi dan berkontribusi aktif untuk menyukseskannya.

Inilah esensi dari soliditas dan silaturahmi.  

Kemenangan

Idul Fitri juga mengandung spirit kemenangan. Bahkan Idul Fitri juga disebut sebagai Hari Raya Kemenangan. Ya, karena pada hari itu, kita telah menunaikan ibadah Ramadhan meraih kemenangan dengan terlahir kembali kepada fitrah kemanusiaan yang suci. Kita menjadi terlahir kembali sebagai orang-orang yang menang mengendalikan hawa nafsu setelah sebulan penuh berpuasa.
Karena itu Idul Fitri adalah juga momentum yang tepat untuk menggelorakan spirit to be the winner. Ingat, di Kemenpar pemenang itu bukan pilihan tapi keharusan. Setiap insan Kemenpar harus terus-menerus menciptakan dan menyukseskan “bukit-bukit kemenangan”. Dan kita tak akan pernah merasa lelah sebelum kemenangan demi kemenangan bisa kita wujudkan.
Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan semua, karena selama bulan puasa-lebaran ini kita telah mampu menyukseskan “bukit-bukit kemenangan”.

Di tingkat dunia, beberapa hari lalu MasterCard dan CrescentRating, lembaga pemeringkat global untuk Muslim Travel Market menetapkan Indonesia di urutan ke-2 dalam Global Muslim Travel Index (GMTI). Itu artinya kini Indonesia masuk dalam jajaran elit destinasi wisata halal dunia. Begitu juga Hotel Nihiwatu, Sumba yang beberapa waktu lalu ditetapkan sebagai “#1 Hotel in the World” dalam survei World’s Best Award dari majalah bergengsi Travel + Leisure. Selain itu program “Pesona Lebaran” menjadi trending topicdi Indonesia dan program branding bus city tour “Wonderful Indonesia” di Paris selama gelaran Piala Eropa 2016 berjalan sangat baik, bahkan berdasarkan informasi dari VITO, Indonesia terpilih sebagai destinasi favorit di Perancis. Informasi dari Australia mengukuhkan Indonesia sebagai destinasi dengan kunjungan terbanyak dari outbound wisman Australia, mengalahkan New Zealand. Semua ini adalah prestasi kita semua. Prestasi Tim Pemenang.
Tentu saja keberhasilan itu tak boleh membuat kita gampang puas dan terjebak dalam comfort zone. Masih banyak “bukit-bukit kemenangan” lain yang harus kita sukseskan. Keberhasilan itu haruslah kita sikapi sebagai kemenangan awal (early win) yang menjadi batu pijakan berharga bagi keberhasilan-keberhasilan yang jauh lebih besar.
Menutup CEO message ini saya ingin mengingatkan hakikat bulan Syawal yang baru saja kita masuki. Syawal adalah bulan peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah. Kata Syawal, secara harfiyah memiliki arti “peningkatan”, yakni peningkatan ibadah sebagai hasil latihan selama bulan Ramadhan.
Karena itu bulan yang baik ini seharusnya menjadi penyemangat kita untuk meningkatkan kualitas kerja kita dalam mewujudkan visi-misi Kemenpar melalui perbaikan terus-menerus. Don’t be in the comfort zone, improve all the time Hanya dengan belajar dan memperbaiki diri secara terus-menerus kita bisa menyukseskan “bukit kemenangan” demi “bukit kemenangan”.

Salam Pesona Indonesia!

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.