Untuk membuka CEO Message di tahun 2017 saya mengambil tema Indonesia Incorporated. Kenapa? Karena itulah resep paling ampuh untuk mencapai target tahun 2017. Karena alasan itu pula dalam Rakornas IV awal Desember 2016 lalu kita mengambil tema tersebut sebagai upaya untuk menyatukan pikiran dan langkah mengenai pentingnya kita, Kemenpar beserta seluruh stakeholders, untuk bersatu-padu dalam menghadapi challenging year 2017.
Sinergi Pentahelix
Untuk memajukan sektor pariwisata kita tak bisa bergerak sendirian. Untuk mewujudkan pariwisata menjadi core economy Indonesia, sektor ini harus dikeroyok rame-rame. Tanpa sinergi stakeholder yang ada di dalam konsep pentahelix ABGCM (Academics, Business, Government, Community, and Media) kita tak mungkin bisa mewujudkannya.
Karena itu saya menetapkan tahun 2017 sebagai tahun kolaborasi dan sinergi di dalam semangat Indonesia Incorporated. Di tahun ini kita harus mengintensifkan kolaborasi dan sinergi dengan seluruh stakeholders yang terkait dengan upaya pencapaian target 2017. Kita tak boleh sibuk bekerja sendiri. Kita harus bersatu, menyinergikan kekuatan, dan memperkuat semua lini. Kalau kita bersinergi, saya yakin tidak ada yang bisa mengalahkan pariwisata Indonesia.
Seluruh unsur Pentahelix harus bahu-membahu dan bergotong-royong untuk memperjuangkan pariwisata Indonesia. Melalui sinergi Indonesia Incorporated maka kita akan mampu menciptakan Sources of Synergy yang saya singkat dengan 3S-3B, yaitu: Size getting Bigger, Scope getting Broader, dan Skill getting Better. Jadi, melalui Indonesia Incorporated kita akan “Bigger-Broader-Better together”. Ilmu 3S-3B ini saya dapatkan ketika mengambil Executive Course di Kellogg School of Management, Chicago, USA.
Saya sering mengatakan, untuk bisa maju bersama kita harus menetapkan musuh bersama (common enemy), dengan memiliki musuh bersama, maka kita akan menjadi kompak, solid, dan maju serentak. Karena itu, menarik kita camkan cuplikan lagu Maju Tak Gentar karya C. Simanjuntak. Salah satu syair lagu itu berbunyi: “Maju Serentak Tentu Kita Menang”. Syair tersebut bisa menjadi penyemangat kita di tahun 2017 ini, bahwa: jika kita maju serentak dan solid, maka kemenangan demi kemenangan bisa kita wujudkan.
Dan Bapak Presiden pada akhir tahun 2016 menyerukan agar seluruh Kementerian dan Lembaga mendukung Pariwisata sampai diulang dalam 5 kali kesempatan, di 5 forum dan tempat yang berbeda.
Not Invented Here
Bagaimana strategi untuk menjalankan Indonesia Incorporated di sektor pariwisata? Saya percaya dengan resep NIH (Not Invented Here) dari Jack Welch. Kita tak perlu “reinventing the wheel”, kita tak pelu memulai dari nol, karena banyak negara-negara lain sudah sukses melakukannya. Tinggal kita pelajari secara mendalam kasus di negara-negara tersebut, kemudian kita lakukan ATM: Amati, Tiru, dan Modifikasi.
Kita, misalnya, bisa belajar dari Thailand Incorporated. Thailand adalah negara yang capaian sektor pariwisatanya terbaik di tingkat regional. Dan salah satu kunci sukses pariwisata negara Gajah Putih ini adalah strategi Thailand Incorporated. Thailand Incorporated tersusun dari sinergi yang solid antara empat sektor, yaitu: sektor pemerintah (Kementerian Pariwisata), sektor lokal (provinsi dan distrik), sektor swasta (asosiasi industri pariwisata), dan institusi pendidikan (Kementerian Pendidikan dan Kementerian Tenaga Kerja). Mereka bekerja bahu-membahu dan saling mengisi untuk memasarkan pariwisata Thailand.
Kita juga bisa belajar dari Korea Incorporated. Kalau Thailand Incorporateddikhususkan untuk sektor pariwisata, maka Korea Incorporated diarahkan untuk sektor ekonomi kreatif. Di sini sinergi dilakukan antara: MOSF (Ministry of Strategy and Finance), MSIP (Ministry of Science, ICT, and Future Planning), dan MOTIE (Ministry of Trade, Industry, and Energy). Seluruh kegiatan kementerian ini langsung dikoordinasikan oleh Wakil Perdana Menteri dan langsung bertanggung jawab ke Perdana Menteri dan Presiden.
Global Benchmarking
Lalu bagaimana mengimplementasikan Indonesia Incorporated? Saya sudah sering mengatakan, untuk mencapai kinerja kelas dunia, kita harus menggunakan standar kinerja kelas dunia pula. Agar seluruh upaya kita tidak sporadis ke mana-mana, kita harus fokus menyandarkan diri pada ukuran kinerja global yang sudah kita sepakati. Untuk industri pariwisata, salah satunya adalah ukuran kerja Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF).
TTCI memeringkat kinerja sektor travel dan turisme berdasarkan sekitar 141 negara berdasarkan 4 kriteria umum, yaitu: (1) Enabling Environment. (2) Travel and Tourism Policy and Enabling Condition. (3) Infrastructure. (4) Natural and Cultural Resources. Di tiap kriteria umum tersebut ada sub-kriteria. Contohnya Safety and Security, Health and Hygiene, dan ICT Readiness untuk kriteria Enabling Environment. Atau Air Transport Infrastructure dan Ground and Port Infrastructureuntuk kriteria Infrastructure.
Intinya saya ingin mengatakan bahwa strategi Indonesia Incorporated yang dilakukan haruslah fokus dengan mengacu pada ukuran kinerja global yang berlaku di seluruh dunia. Dengan bekerja secara fokus, kita akan bisa mengalokasi sumber daya yang kita punya secara lebih cermat.
Jadi agar kita bisa membangun pariwisata nasional yang berkelas dunia, seluruh upaya kolaborasi dan sinergi dalam kerangka Indonesia Incorporated harus kita lakukan dengan mengacu pada kriteria yang ditetapkan WEF tersebut.
Ambil contoh untuk sub-kriteria Safety and Security sektor pariwisata menghadapi berbagai isu seperti kejahatan dan kekerasan, maraknya terorisme, kehandalan layanan keamanan oleh polisi. Untuk itu kita harus melakukan kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak yaitu: Kepolisian RI, BNPT (Badan Nasional Pencegahan Terorisme), Kementerian Pertahanan, dan Kementerian Hukum dan HAM.
Contoh lain untuk sub-kriteria Air Transport Infrastructure kita menghadapi beragam masalah seperti kepadatan bandara, ketersediaan seat pesawat, atau jumlah maskapai yang beroperasi. Untuk mengatasinya kita harus melakukan kolaborasi dan sinergi dengan Kementerian Perhubungan, Kementerian BUMN, seluruh operator penerbangan dan bandara.
Sinergi Top Three
Menutup CEO Message ini saya akan menguraikan secara ringkas implementasi Indonesia Incorporated di tiga program prioritas kita tahun ini yaitu: digital tourism, homestay, dan air accessibility.
Untuk digitalisasi tourism, target terbesar kita di tahun 2017 adalah mewujudkan Tourism Exchange Indonesia (TXI) yang kini platformnya sudah terbangun. Untuk betul-betul menjadi online marketplace bagi sektor pariwisata di Indonesia, TXI membutuhkan kolaborasi dan sinergi dari berbagai pihak seperti: online travel agent (OTA), platform tourism exchange di negara lain, dan para suplier seperti hotel dan restoran, jasa transportasi, destinasi, dan lain-lain (lihat gambar).
Untuk Homestay Desa Wisata, di tahun 2017 kita punya target membangun 20 ribu homestay di seluruh wilayah Tanah Air khususnya di 10 destinasi unggulan. Untuk mewujudkannya kita perlu berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak, yaitu: Pemda sebagai fasilitator lokal, Kementerian PUPR dan investor untuk pendanaan, developer untuk konstruksi, dan Bank/BUMN untuk fasilitas kredit (lihat gambar).
Terakhir program prioritas aksesibilitas udara. Perlu diingat bahwa tahun ini kita mengalami defisit seat penerbangan internasional sebanyak 4 juta. Defisit ini harus kita tutup agar kita bisa mencapai target 15 juta kunjungan wisman.
Di sini kolaborasi dan sinergi yang kita lakukan mencakup tiga aspek secara menyeluruh dan terintegrasi. Pertama adalah dari sisi maskapai penerbangannya (airlines) bertujuan memastikan kemudahan pengembangan rute baru ke pasar utama wisman. Kedua, dari sisi bandara dan navigasi udara (airport and air navigation) bertujuan memastikan ketersediaan capacity di bandara. Dan ketiga dari sisi perjanjian layanan udara (air service agreement) bertujuan memastikan ketersediaan traffic right. Untuk gampangnya saya singkat menjadi 3A yaitu: Airlines, Airport & AirNav, Authorities. Untuk mewujudkannya kita perlu berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak, yaitu: Kementerian Perhubungan mempermudah perijinan, Kementerian Pariwisata memberikan insentif marketing, Angkasa Pura 1 dan 2 memberikan insentif biaya operasional di bandara, AirNav memberikan prioritas alokasi slot, dan Pemerintah Daerah memberikan atraksi budaya dan insentif lain (lihat gambar).
Welcome to the challenging year 2017.
Salam Pesona Indonesia.
Arief Yahya
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.