Membaca, melihat dan mendengarkan pemberitaan tentang kisruh anggaran di DKI Jakarta, ternyata tergelitik juga untuk berpendapat menyikapi hal tersebut. Pada prinsipnya pendapat ini bukan berupa keberpihakan kepada salah satu pihak, namun semata mata pandangan netral terhadap kedua pihak yang bersiteru.
1. Sungguh tidak bijaksana sebagai Gubernur Kepala Pemerintahan DKI Jakarta, Ahok sering mengucapkan kata-kata yang cenderung provokatif dan lepas kontrol. Apapun alasannya (gertakan, pura-pura, psywar dll) tetep tidaklah etis bila sampai mengeluarkan kata-kata yang menyebut institusi dewan yang tidak pantas.
2. Substansi permasalahan sesungguhnya pada anggaran yang akan diajukan ke kemendagri, apakah versi ahok (eksekutif) atau versi dewan (legislatif). Sekilas dalam mediasi di kemendagri bahwa ahok memang tidak meng input sesuai yang disepakati di pleno karena menganggap ada dana siluman. Sementara Haji Lulung (Dewan) bersikukuh bahwa anggaran yang diajukan ke kemendagri adalah yang ditetapkan dalam pleno. Dalam satu sisi kita sulit untuk menilai, yang mana yang ditetapkan dalam pleno? klo benar bahwa ahok tidak menginput sesuai kesepakatan dalam pleno sidang anggaran, tentu juga melanggar aturan karena perda anggaran adalah produk bersama antara ekskutif dan legislatif.
3. Terlepas dari hasil penyelidikan tentang dana siluman yang masih berproses di KPK dan Polri dimana kita belum mengetahui hasilnya, tentu pernyataan Haji Lulung (Dewan) benar adanya bahwa klo ahok tidak meng input anggaran e budgeting sesuai hasil sidang pleno anggaran adalah suatu bentuk ketidaktaatan terhadap peraturan.
4. Secara pribadi saya mengagumi prinsip ahok, idealisme dan kinerjanya. Namun gaya komunikasinya yang cenderung temperamental justru membuat kurang efektif. Duduk bersama dengan dewan dan menelusuri asal usul dana siluman baik dari SKPD ataupun dari oknum anggota dewan bisa jadi pilihan yang dapat memenangkan ahok, haji lulung, dewan dan juga rakyat Jakarta,
Mudah - mudahan pendapat ini ada manfaatnya untuk sekedar melepas uneg-uneg menyikapi pemberitaan media massa yang mengusik
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.