Mengusulkan sesuatu yang baru mungkin bagi sebagian orang sudah biasa, namun bagi sebagian orang lain masih harus hati-hati bergantung lingkungan peradaban yang berlaku di tempat dan waktu itu. Walaupun pepatah mengatakan bahwa "yang tidak akan berubah adalah perubahan itu sendiri" namun hal itu belumlah bisa diterima olah semua orang dengan lapang dada.
Zona nyaman yang telah dinikmati begitu lama besar kemungkinan adalah penghambat untuk menerima perubahan atau pembaharuan itu sendiri. " Ngapain harus berubah klo gaji sudah tinggi, hidup berkecukupan dan dilimpahi jabatan?". Tentu saja paradigma zona nyaman ini bisa jadi merupakan penghambat kemajuan peradaban. Atau mungkin terlalu tinggi levelnya klo disebut peradaban, maksudnya penghambat kemajuan atas perkembangan atau pembangunan.
Begitulah segelintir keluh kesah yang kadang-kadang menambah kebimbangan diantara bisikan-bisikan untuk berkhianat. Diantara lorong kemiskinan ada celah sempit dalam hati yang memungkinkan seseorang untuk berkhianat dari hati nuraninya sendiri. Diantara kecilnya godaan, ada peluang yang dahsyat untuk berkhianat dari prinsip hidup yang dipegang seseorang.
Memang sulit mencari ukuran pengkhianatan secara kuantitatif dengan angka-angka, apalagi mencarinya dalam lingkungan yang abu-abu akan lebih sulit dan njlimet. Selalu dan selalu alasan pengkhiatan itu adalah hal-hal klasik (karena keadaan ekonomi, karena ketidak tahuan, karena perintah pimpinan, karena kebutuhan hidup dll).
Sebut saja eki seorang wanita cantik yang bekerja pada sebuah terapis spa. Di awal perkenalan dia membuat pernyataan yang mengagetkan. "Namaku Eki, walaupun aku bekerja di tempat yang abu-abu namun aku memegang prinsip, Karena orang tuaku sakit, aku terpaksa bekerja ditempat yang abu-abu ini mas"
Sudah berapa lama kerja disini?
"Dulu kerja disini 3 tahun, kemudian berpindah - pindah jadi admin sebuah kantor konsutan, pindah menjadi admin sebuah perusahaan properti lalu 3 bulan lalu saya pindah ke sini lagi"
Klo tadi kamu mengatakan kerja disini abu-abu, kenapa kamu kembali kesini?
"karena keadaan mas, ibu sakit, bapak sakit, saya butuh uang untuk merawat mereka dan juga anak saya"
Apa rencanamu ke depan?
"Saya tidak mungkin kerja disini terus mas, pasti suatu saat saya akan pergi dari tempat yang abu-abu ini, saya menyadari bahwa keberadaan saya disini berlawanan dengan hati nurani, tapi saya masih memegang prinsip kok mas"
Secuil dialog yang membuatku bingung. Sadar akan keberadaannya yang abu-abu, karena keadaan yang memaksa kembali menjadi abu-abu, namun membuat pernyataan masih memegang prinsip. Entahlah apa yang dimaksud dengan prinsip yang dianut. Aku membayangkan bila prinsip yang dipegang itu adalah kepercayaan, maka sudah begitu tipisnya bisa dipegang. Bila prinsipnya membahagiaan orang tua, betapa hancurnya mereka melihat pilihan anakknya, bila prinsipnya sebagai orang tua adalah membiayai segala kebutuhan anaknya, betapa kecewanya anak bila mengetahui darimana uang jajannya di dapat? Lalu apa sebenarnya yang bisa membuat kita melawan bisikan - bisikan untuk berkhianat itu? (bersambung)
sumber gambar : twitter.com/ kompaskampus
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.