Friday, October 27, 2017

Kau Dekap Aku di Simpang Lima

Perkenalan yang begitu singkat menyisakan kesan yang mendalam diantara kita. Belum sampai berpisah 1 jam sejak perkenalan itu kita sudah berbalas sms lebih dari 20 kali. Itu artinya kita berbalas sms 1 kali dalam 3 detik. Sms perkenalan yang semakin menambah kesan diantara kita masing - masing.
Sejujurnya aku tidak tahu, mengapa kesan itu begitu mendalam. Posturmu kecil, wajahmu biasa saja tiada yang istimiwa, baju yang kamu kenakan jauh dari feysionabel...semua biasa tak ada yang unik. Namun jari-jari tanganku terus menari-nari diatas keypad handpone membalas sms mu. Iya sms mu karena saat itu belum ada whatshap, belum model bbm, masih menggunakan hp jadul yang menyediakan aplikasi untuk telpon dan sms doang.
Pembicaraan melalui sms itu terus berlanjut hari demi hari, bulan demi bulan dengan sesekali telpon untuk sekedar melepas kangen suara masing -masing. Komunikasi yang berujung pada janjian untuk bertemu lagi, untuk ngobrol secara langsung bertatap muka, untuk melanjutkan cerita via sms yang tentu ada keterbatasan-keterbatasan.
Simpang Lima Semarang adalah pilihan kita sebagai tempat "kencan pertama". Mengapa simpang lima? saat itu kita becanda,"siapa tahu ada yang menulis dijadikan novel, lalu di filmkan seperti menara eifel". Tentu candaan yang tiada juntrungnya, hanya sekedar untuk memantapkan hati bahwa simpang lima adalah pilihan yang tepat untuk momen yang istimewa.
Saat yang kita nanti-nantikan akhinya tiba, tanggal tiga puluh satu desember malam satu januari. Aku sengaja mengenakan baju identitasku sebagai pendaki yaitu celana lapangan hitam dan baju flanel kotak-kotak merah hitam, sementara kamu... wow ***???? Se akan aku tak mengenalimu. Bagaikan bidadari turun dari langit, semua yang kamu kenakan sangat indah, kamu begitu anggun, begitu istimiwa. Aku hanya diam tak sanggup berkata - kata ketika sedetik kemudian kau menyalamiku dengan senyum menghiasi bibirmu.
Pertemuan ini begitu berarti bagi kita untuk saling mengenal dan mendekatkan diri. Entah berapa judul kau ceritakan tentang kisahmu, dan aku mendengarkan dengan seksama. Sama sekali aku tidak berbalas cerita karena semua yang kau certakan adalah tentangku, iya tentangku. Tak kuduga segala gerak - gerikku semasa jadi aktifis mahasiswa kau tahu semua. Segala aktifitasku memotivasi anak-anak muda kau paham segalanya. Bahkan visi midi hidupku, kau mampu menerjemahkannya dengan sangat gamblang. Kau mengetahui tentangku jauh lebih banyak daripada aku mengerti tentangku sendiri.
Pertemuan yang seperti tiada akhir. Pergantian tahun telah lewat dan pengunjung simpang lima sudah beranjak pulang satu demi satu. Tapi kamu terus bercerita, menumpahkan segala kesanmu tentangku bak banjir bandang di musim hujan. Aku tak ingin memotong cerita walau hanya sekedar mengajak beralih tempat hingga simpang lima benar-benar menjadi sepi dan hening. Barulah kamu sadar bahwa semua tontonan peringatan tahun baru sudah berakhir, semua penontonnya pun sudah lenyap kembali ke rumah masing-masing. Lalu kau mengajakku masuk ke mobil, lalu mendekapku erat -erat sampai tertidur... iya kamu tertidur di dekapanku bersama mimpi - mimpi indahmu...

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.